Operasi Densus 88 disebut Kasar

Dalam menjalankan operasi penangkapan tersangka teroris, Datasemen Khusus 88 kerap menggunakan senjata untuk melumpuhkan target. Hal ini kerap menjadi problema dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

Kasus terakhir, tewasnya satu warga sipil dalam penggerebekan tersangka teroris di Sukoarjo, Solo, Jawa Tengah. Nur Iman, seorang pedagang angkringan nasi ditemukan ikut tewas bersama dua tersangka teororis lainnya. Meski belum diketahui pasti asal peluru yang membunuh Nur Iman, nama Densus tetap terseret.

Kabag Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Amar Rafli menegaskan Densus 88 bekerja sudah sesuai dengan prosedur, termasuk konvensi Jenewa.

Menurut Boy, perlakukan kasar yang ditudingkan kepada Densus merupakan tindakan yang tidak bisa dihindari saat petugas berhadapan langsung dengan tersangka teroris yang berbahaya. "Kejahatan teroris itu extra ordinary, terorganisasi, dan transnasional. Saat penangkapan kami mencari risiko yang terkecil," kata Boy.

Saat berhadapan dengan tersangka teroris, kata dia, kondisi bisa saja berbalik: korban justru jatuh di kubu petugas dan atau masyarakat.

Meski demikian, Boy menegaskan kinerja Densus pun tetap dievaluasi dengan adanya pengawasan internal dan eksternal. "Internal ada propam dan satuan kerja. Eksternal ada LSM (lembaga swadaya masyarakat)," jelasnya.

namanya Densua-Detasemen Khusus, dan menangani teroris,, apakah anggotanya harus lemah lembut & melumpuhkan teroris cukup pake gunting & sisir kayak di salon...??

dilemma memang tuh.
tapi kalo menurutku;
gimanapun Densus itu salah;
pasti mereka punya S.O.P;
Target pasti sudah jelas..

kenapa mesti ada korban sipil??

betapa tidak profesional.

1 lagi, kalo bersenjata lengkap dan mesti darderdor; itu juga harus;
tapi aku tidak setuju, kenapa harus mematikan orangnya?

bukankah, lebih baik menangkapi hidup hidup orangnya, dikorek keterangan; informasi, saksi saksi bersangkutan.

mengedepankan HAM itu perlu.
tapi bukan berarti harus klemak klemek.

Tangkap dia, korek informasi, selidiki, adili.

ke depannya, orang itu ditatar lagi, di cuci otaknya, agar kelak ia malah yang bisa membantu negara, untuk mengamankan negara dari terorisme,
apakah jadi pemuka agama, apakah jadi penceramah.
soalnya, rata rata . mreka sudah punya bekal yg kuat.
*ups ini dah oot ya..

yg menuding densus 88 itu kasar justru adalah orang yg patut dicurigai.. kalau ga salah, ngapaen takut dikasarin densus.. tidak ada asap tanpa api

masalah terkena masyarakat sipil... tdk 100% salah densus dunk...

kenapa ketika teroris ngeledakin bom mati ratusan, gak ada yg ributin HAM....??

surya75 wrote:masalah terkena masyarakat sipil... tdk 100% salah densus dunk...

kenapa ketika teroris ngeledakin bom mati ratusan, gak ada yg ributin HAM....??

itulah kelebihan masyarakat indonesia. meributkan sesuatu yg tidak perlu diributkan. dan mengpeti-eskan sesuatu yg perlu diselidiki. politisasi dimana-mana.. rakyat dibodoh2i..

ya.. om kepa ini..!
salah ya tetap salah laah..
coba aja salah satu sodara kita yg di te ka pe, lagi jalan jalan, kena peluru nyasar nya tim densus, pasti om kepa ribut kan?
mungkin pun provokasi orang seindonesia supaya panggang idup idup tuh anggota densus yg sembrono itu..

sekali lagi, tuh densus, pasti udah punya s.o.p dan deskripsi jelas mengenai T.O,
jadi kalo sempat salah tembak, apapun alasannya, tetap aja salah.

babura wrote:ya.. om kepa ini..!
salah ya tetap salah laah..
coba aja salah satu sodara kita yg di te ka pe, lagi jalan jalan, kena peluru nyasar nya tim densus, pasti om kepa ribut kan?
mungkin pun provokasi orang seindonesia supaya panggang idup idup tuh anggota densus yg sembrono itu..

sekali lagi, tuh densus, pasti udah punya s.o.p dan deskripsi jelas mengenai T.O,
jadi kalo sempat salah tembak, apapun alasannya, tetap aja salah.

setuju.. kalau salah tembak memang salah. yang saya maksudkan kenapa ketika seperti om surya blg "waktu bomb teroris membunuh ratusan jiwa" masyarakat tidak membahas masalah HAM, tetapi malah kembali menyudutkan polri yg katanya gagal mengantisipasi bomb tsb. jadinya polisi selalu dipersalahkan..

sedikit kronologis nya..
http://27victory.wordpress.com/2011/05/17/nur-iman-tertembak-peluru-pelaku/

trus gimana dengan kasus salah tangkap oleh densus 88???????
apakah salahnya teroris????
gimana dengan orang yg wajahnya mirip dengan sketsa rekaan yg di edarkan oleh polisi,smp bakar diri untuk membuktikan kl dia bukan teroris????
apakah densus 88 selain jadi polisi juga menjadi jaksa dan hakim yang lgsg bisa memberikan vonis mati kepada tersangka tanpa proses pengadilan????
lalu dimana hukum????
ato densus 88 udah menjadi hukum itu sendiri????
ada berapa banyak kah penjahat yg dihukum mati oleh proses pengadilan????
bandingkan jumlahnya dengan yang dihukum mati langsung oleh densus 88,menakjubkan bukan????

bukannya prosesnya, Densus 88 menangkap, BAP....diteruskan ke Kejaksaaan untuk proses Penuntutan, serahkan ke Pengadilan untuk di putuskan oleh Hakim ?

keknya Densus 88 gak pernah buat putusan apa pun deh...

kalo gw berfikir normal, lebih keji 'petrus' jaman dahulu ketimbang 'densus 88'..

selagi menyampaikan idealogi secara damai, gw rasa semua pihak bisa menerima, TAPI, kalo penyampaian ideologi secara frontal, siapa pun akan marah...

ga stuju sih dengan idiom "hukum mati";
cuman over sih, setuju.
banditnya 2, yg nyerbu bisa puluhan orang,
bersenjata lengkap pulak..

kalau nangkap terorris SOP nya memang gitu kali om babura? karena mungkin saja akan ada bomb besar menunggu didalam TKP. itulah sebabnya kebanyakan gembong2 terorris tewas di TKP. densus 88 juga ga bakal brani mengambil resiko untuk menangkap hidup2 kalau ada indikasi sang TO bakal melakukan serangan untuk melindungi diri sendiri.

mungkin inilah kekurangan dari skill densus88 yg sangat susah menangkap hidup2 gembong teroris. bisa dari rendahnya skill negosiasi, bad info ataupun perlengkapan yg kurang mumpunin

nah itu dia maksud ane...
bagaimana proses mereka dalam penangkapan pelaku teroris...
kl yg kita liat begitu mengerikan, memberondong rumah dari jauh...
apakah tidak ada proses yg lebih bagus selain membombardir mereka???
toh polisi punya sniper kan???
apa harus memberondong secara membabi buta??
tapi ya itu tadi mungkin skill dan peralatan nya yg belum memadai sehingga terkesan mereka beringas dalam melakukan operasi penangkapan terosis...

sniper indonesia cuma untuk jarak 30meter om ..wkwkwkw..alias cuma sanggup untuk berburu babi utan